Tepat
pukul 12.00 WIB, malam senin, sebuah pikiran masuk dalam pikiran
hening ini, dari sekian juta pikiran yang sengaja dan tidak aku
masukkan ke dalam banker otakku, dari yang paling keduluan sampai
kekinian. Satu bulan liburan sangat membantu kedewasaan otakku dalam
berpikir tentang nilai studiku yang mulai semester satu sampai
sekarang masih tetap saja-tak naik dan tak turun-.
Pasti anda akan menanyakan kenapa saya
menulis “Filsafat Akademis;
Memaksakan Diri untuk Ragu”
sebagai judul tulisan ini. Tidak lain hanya untuk mencoba menelaah,
mengkritisi sebuah realita yang telah mapan. Tak ada tujuan untuk
menggembosi pikiran-pikiran yang telah terbentuk sejak dahulu kala
tentang dunia akademis, karena sebuah keharusan penulis untuk selalu
mengungkapkan hal-ihwal
yang menurut dia cocok untuk dipikir ulang oleh para pencinta “onani
wacana”1
untuk didiskusikan.