Beri Aku Kekosongan

Mereka pernah berjalan dengan dengan segotong gitar mendengung, mencari kenikmatan dalam kesepian, entah apa yang mereka nyanyikan aku tak tau pula.
Hal yang sama aku lakukan dengan menggesek sebilah pisau untuk kugunakan mengiris buah naga yang berada tepat ditangan kiriku.
Hati akan tersakiti ketika suara itu semakin menjarahku kedalam jurang kegalauan. Hati, pikiran yang terancam.
Beri aku kekosongan, beri aku kekosongan, beri aku kekosongan agar bisa lebih menyatu dengan pisau yang ku ayunkan.

Iman

Di sini.....
Aku berjalan tanpa henti
Berjalan di keheningan hati
Tapi bukan ilusi

Aku terlarut dalam keheningan
Tidak ada sesuatu kecuali petang
Dengan gemerlap bintang
Di malam yang panjang

Tentang Kematian.

Teringat ketika sebuah lantangan kata menderu tipis
Mendalam sampai sebujur kaku
Menghempas segala ketidakpastian dalam sebuah kepastian
Yang membuat mereka menjadi manusia terhunus sebuah derita panjang

Kata ''Parau''

Parau
Mengisahkan parau-parau dampu
Organ-organ nafas tersentak
Krongkongan memanas
Mata memelas
Parau...!!!
_______________________
Malang, 09 Oktober 2010
Choe_Satriani/1,618

Lirih

Malam...
Sungguh menjadi saksi bisu diatas segala kegalauanku.
Menjadi penetrasi bait-bait syairku yang lirih.
Menutupi segala kesengsaraanku yang pedih.
Amat sangat aku berkata ini.

Metamorfosa

Daku, Malamku akan berakhir
Senandung puisiku juga
Berbaris rapi
Penuh songsongan kalimat-kalimat naif
Tak bersuara tapi nyaring
Memekik mengangkasa
 
Al_Mutahawwil © 2010 | Designed by Trucks, in collaboration with MW3, Broadway Tickets, and Distubed Tour