Mereka pernah berjalan dengan dengan segotong gitar mendengung, mencari kenikmatan dalam kesepian, entah apa yang mereka nyanyikan aku tak tau pula.
Hal yang sama aku lakukan dengan menggesek sebilah pisau untuk kugunakan mengiris buah naga yang berada tepat ditangan kiriku.
Hati akan tersakiti ketika suara itu semakin menjarahku kedalam jurang kegalauan. Hati, pikiran yang terancam.
Beri aku kekosongan, beri aku kekosongan, beri aku kekosongan agar bisa lebih menyatu dengan pisau yang ku ayunkan.
Ku lihat juga mereka semakin menjadi, ketika sebotol minuman keras yang aku tak tahu namanya mereka nikmati dengan menggunakan sebuah gelas susu bermerek “Made in Indonesia”.
Aku penasaran, apa mereka ingin mengganggu aku ataupun sebaliknya mereka tak sengaja menggangguku?
Ah, aku terancam pula.
Begitu saja, aku pahami gerak-geriknya seperti akan mengelabui aku entah kesebuah mimpi yang tertidur. Siapakah yang harus aku salahkan ketika mereka semakin dekat denganku?
Apa mereka yang harus disalahkan karena mengganggu kekosonganku!, atau apa harus aku yang disalahkan karena aku tak pindah darinya? Yang juga aku tak bisa lari ataupun sekalian pindah dari tempat itu.
Aku ingin sekali mengucapkan sebutir kata yang bisa mneghentikannya, tapi aku tak bisa sangat.
Paraulah aku.
Hingga kekosonganku hilang lenyap dirasuki dentuman guitar mendengung itu.
Walah.
Penyesalan tiada henti.
_____________________
Moh. Isomuddin
06 April 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar