Filsafat Akademis; Memaksakan Diri untuk Ragu.

           Tepat pukul 12.00 WIB, malam senin, sebuah pikiran masuk dalam pikiran hening ini, dari sekian juta pikiran yang sengaja dan tidak aku masukkan ke dalam banker otakku, dari yang paling keduluan sampai kekinian. Satu bulan liburan sangat membantu kedewasaan otakku dalam berpikir tentang nilai studiku yang mulai semester satu sampai sekarang masih tetap saja-tak naik dan tak turun-.
Pasti anda akan menanyakan kenapa saya menulis “Filsafat Akademis; Memaksakan Diri untuk Ragu” sebagai judul tulisan ini. Tidak lain hanya untuk mencoba menelaah, mengkritisi sebuah realita yang telah mapan. Tak ada tujuan untuk menggembosi pikiran-pikiran yang telah terbentuk sejak dahulu kala tentang dunia akademis, karena sebuah keharusan penulis untuk selalu mengungkapkan hal-ihwal yang menurut dia cocok untuk dipikir ulang oleh para pencinta “onani wacana”1 untuk didiskusikan.

Sepanjang Jalan di Merjosari

Sepanjang Jalan di Merjosari,
Aku ingat dirimu sebagai jalan menuju dia yang menutupi aku-ku.

Malang, 07 Desember 2012

Potret-mu

Aku melihat wajahmu
Yang satu, yang jauh
Kemudian sinis melihatku
Yang menelaah dirimu

Alis-alismu bergurau canda
Menyuruh mata untuk mengkerut
Pula menyeret bibir untuk melebarkan tubuhnya
Untuk bermain-main denganku

Aduuh.. aku melihatmu sendiri
Membisu, Tengkurap
Bajumu tak pernah berganti
Itu-itu saja.

Lukisan-mu, Potret-mu..

Malang, 23-11-2012

Judul Sebuah Pos

Aku mendekati, seraya mendengkur keheranan
Sayup lumut-lumut berselimut kemut,
Ku emut setangkai tubuh semut,
Hanya demi sebuah surat kusut.

Semut-semut berkerubut
Emosi semakin kalut
Tertimbun penyakit-penyakit akut
Kutukan-kutukan sangat maut.

Bila rasa ini kau rajut
Aku akan manut
Bila rasa ini cenat-cenut.
Pastikan, aku pasti menunggu Judul sebuah Pos darimu.

Malang, 21-11-2012

Islam; Dua Wajah yang Berbeda

Dr
Judul                   : Selamatkan Islam dari Muslim Puritan

No. ISBN            : 979111269X

Penulis                : Khaled Abou El Fadl

Penerbit              : Serambi

Jenis Cover        : Soft Cover

Dimensi (L x P) : 150x230mm



-->
“Setelah bertahun-tahun membaca sumber-sumber keislaman …
Saya semakin yakin bahwa Islam yang tidak humanistik adalah Islam yang keliru …
Islam adalah pesan kasih sayang, rahmat, cinta, dan keindahan.:
[Khaled Abou El Fadl]

Modern ini, kita banyak menyaksikan peristiwa-peristiwa yang mengejutkan, khususnya di dunia Islam. Mengapa tidak, dari rentetan acara yang dimulai dari bom WTC 11 September 2002, Bom Bali season I dan II, dan berkali-kali kerusuhan yang terjadi di belahan dunia, khususnya Indonesia. Dan parahnya, semua kejadian-kejadian tersebut mengatasnamakan Tuhan, sehingga tak wajar jika terjadi terjadi penyelewengan terhadap Tuhan Islam yang dianggap teroris-lah, dan sebagainya.
Disinilah, Khaled Abou El Fadl, Guru Besar Hukum Islam UCLA AS. menulis dan menerbitkan serta –kemudian- diIndonesiakan oleh Helmi Mustafa  Selamatkan Islam dari Mulism Puritan (Serambi, 2007) dari judul aslinya The Great Theft : Wrestling Islam from the Extrimists (2005) yang kemudian berusaha untuk memberikan sebuah pemahaman yang secara sistematis membedah dua wajah Islam yang berbeda; “Moderat Vs Puritan”.

Hujan


Aku ingin mengutarakan sebuah curahan hati kepada-mu

adalah; bahwa aku mulai tak bisa bersyair kepada-mu

melampui batas kelam gemericik suara-mu

sampai kedasar yang semakin jauh melebihi ke-akuan-mu

Pada-ku.



Malang, 18 Oktober 2012 


Al_faqier

Sebuah Ilustrasi; Pencarian Instrument Hidup


           Aku berorganisasi, membaca buku, bermain alat musik (Guitar)- adalah sebuah bingkai bagaimana “Aku” sebagai Human of Rationalate[1] harus dan dituntut untuk mengaktualisasikan pikiranku dalam kenyataan. Pastinya itu tak terlepas dari bagaimana manusia berinisial aku ini harus bisa menjadi manusia berkarakter penuh, dengan segala eksistensinya. Ya, beginilah aku. Terkadang aku menjadi seekor hewan ganas yang selalu membabi buta memangsa lawan-lawanku yang jauh dibawah aku. Tapi herannya, dari berbagai peristiwa itu, aku semakin bangga dengan apa yang aku perbuat. Disisi lain, aku terkadang pula menjadi seekor malaikat yang selalu menolong para manusia-manusia yang mengalami kesulitan, dan itupun aku perbuat hanya demi aku bisa mendapatkan sebuah pujian.

Sebelum Kau, Aku adalah.. (Vol.3)


Sahabat, hari ini–setelah beberapa hari aku tak menuliskan sebuah catatan, maka sekarang-aku mulai menuliskan kembali pikiran yang mulai awal sudah men-jahanami pikiranku.
            Dan mulai disinilah permulaan ceritaku.
            -Selasa, 29 mei 2012-, dimana aku tak mampu menuliskan kata dengan sepenuhnya lancar, sehingga aku menuliskan surat di Akun Facebook-ku hanya untuk menyatakan maaf kepadanya karena ketidak istiqamahan-ku menulis sebuah karangan untuknya, walaupun dia hanya memakai isyarat yang mungkin kebanyakan orang belum pasti tahu maksudnya, mungkin-pun aku sangat membutuhkanmu.
            Pada hari dimana aku tak menuliskan kata-kata itu kepada-mu, aku mulai merasa keras, hingar-bingar di sekitarku mulai menimbunku kedalam got-got sampah. Tahukah kau, disini aku bukan hanya serasa ter-bui, tapi juga tersiksa. Bagaimana tidak, kau membayangi-ku, dan itu tidak untuk-mu terhadapku. Tak adil, sangat tidak adil. Tapi aku mencoba untuk berspekulasi tentangmu, sebagian pikiranku berkata itu hanya permainan-mu untuk aku selalu menuliskan kata-kata rusak kepadamu, atau spekulasi apalah yang tak masuk dalam benakku, yang pasti hal ini membuat aku absurd.
            Mula-mula kuperhatikan kamarku, Buku! Ke mana juga mata ditebarkan, buku juga yang nampak. Cuma rak buku yang terbuat dari rotan biasa. Pintu yang merangkapi pintu kayu terbuat dari triplek. Ke atas –seleret langit. Seleret internet (gubuk, Red). Seleret saja. Bisu. Aku jatuh terduduk dilantai. Pintu ke dunia bebas telah terkunci. Terkunci hanya karena satu kata abstrak tak tentu, “Cinta”.
            Kalau engkau binatang dan dikurung demikian untuk pertama kalinya, dan engkau selama itu bebas berkeliaran di alam merdeka, engkau akan menumbuki pagar kurunganmu hingga badanmu luka-luka dan engkau kecapaian hingga akhirnya terdiam putus asa. Tapi kalau engkau manusia, bila untuk pertama kalinya dirampas kebebasanmu dan dimasukkan kedalam kurungan, engkau akan kehilangan dirimu sendiri. Dan engkau akan berdiam diri tak tahu apa yang harus kau perbuat. Demikianlah.
            Perlahan-lahan aku bangun dari lantai dan merangkak bertiduran di atas lantai. Banyak sekali yang aku pikirkan. Banyak sekali, hingga aku tak tahu lagi apa yang aku pikirkan pada waktu itu. Hanya perasaanku sebagai manusia berakal saja yang bisa membuatku kuat oleh kurungan ini. Perasaan itu pula yang akhirnya mengendap segala pikiranku. Dan perasaan maju ke muka menggantikan segala pikiran: perasaan yang memoga-mogakan keruntuhan kerajaan Cinta. Kalau aku ingat betapa gilanya kemerdekaan ini dirampas pertama kali oleh-mu, datanglah perasaan aneh-aneh-mulai dari takut kehilanganmu, takut kau terluka, takut apalah lagi-, dan selalu serba kekhawatiran, pikiran yang mokal-mokal, yang kadang-kadang juga sama sekali takkan mungkin masuk di akal.
            Tiga hari aku terlentang di lantai kamar hanya karena sibuk dengan penjajahan kolonial-mu. Ah, cukup untuk memenderitakanku berpuluh-puluh tahun lamanya. Tapi, apakah kau merasakan seperti itu?. Bersambung!!
Malang, 31 Mei 2012   

Sebelum Kau, Aku adalah.. (Vol.2)

Pada catatan harian-ku yang sekarang ini, aku memang sengaja tak menuliskan kedalam buku harianku, tentang apa saja aku pikirkan tentang-mu hari ini. Sedikit demi sedikit aku mulai menguasai dirimu walau tak sampai 2/3 % saja, itu sudah lebih dari cukup karena melihat keadaan-mu tak terlalu sinkron dengan kondisiku saat ini, tapi aku masih berusaha keras.

Oiya, aku lupa sebelumnya, kemaren malam aku sempat ber-filsofi dengan teman akrab-ku di kedai kopi depan perumahan. Tahukah kau -walaupun mungkin tak terlalu penting bagimu-, disana aku berusaha ber-diskusi tentang dirimu, mulai dari filosofi rambut sampai paling bawah dari anggota badan-mu, yaah walaupun tak harus disebutkan satu per satu tapi memikirkan anggota tubuh-mu saja aku sampai pada waktu yang jarang orang bayangkan -tak perlu disebutkanlah-.

Sebut saja Sahabat, dia berkata kepada-ku dengan mengutip salah satu karya Mas Pram (Pramoedya Ananta Toer, Bumi Manusia, Red), walau tak sepenuhnya sama data yang diungkapkan tapi dia meng-analogikan sebuah cinta ini sebagai berikut, "Oiy Sahabat, dalam dinamika problematika cinta, malu itu tak sampai ke sekian persen dari eksistensi Cinta itu sendiri, ayolah mulailah dari dirimu sendiri. Ingatlah, bahwa dirimu itu adalah Adam, dan jangan-lah balikkan status itu menjadi engkau yang di ciptakan dari tulang rusuk Hawa. Ingat itu!!

Aku sejenak tertegun mendengarnya, dan mulai ber-fikir lagi tentang diri-mu. Bersambung!!

Malang, 28,05.2012





Sebelum Kau, Aku adalah.. (Vol.1)

      Aku adalah, kau tak akan mengira bahwa aku sudah mulai suka dari pertama -dan mungkin sebelum mili-sekon mulai melegangkan tubuhnya menjadi sekon-. Dan kau masih ter-maktub dalam jalan-jalan setapak pikiran-ku. Benar-benar menjatuhkan aku dalam dunia eudaimonia, walau-pun hanya sesaat, tapi kau selalu datang pada saat yang tak terkira.

       Ya sudah, aku masih banyak urusan yang harus aku selesaikan, dan pastikan-lah kau masih ada dalam rak saku baju terdalam hatiku, dan walau-pun tanpa ruang yang begitu indah, pastinya kau lasih bisa bernapas, itu-pun walau sedikit aku paksa untuk menerima itu dengan ikhlas. Karena aku tahu-walau-pun tak sampai melakukan penelitian yang sedemikian rupa-, yang pasti aku hanya ingin kau tahu, bagaimana kau juga harus menerima-ku dengan apa adanya, dengan seluruh keterbatasan-ku, dan apa-lah yang akan membuat-mu tak kerasan dengan aku. Tapi, aku yakin kau masih takkan menutup hatimu kepada aku.

        Malam ini, aku menyatakan cinta kepada sang Khaliq yang telah menciptakan dia dari unsur-unsur yang tak aku duga bisa membuat aku tergila-gila terhadapnya. Aku tak terlalu berharap kau mau menerima-mu, tapi ini adalah bukti bahwa aku mau mendekatkan diri kepada Sang Khaliq, melewati hati-mu. Yakinlah, ini benar keberadaanya. Bersambung..!!

Malang, 27.05.2012

Ngajogjakarto (Pantai Parang Tritis dan Borobudur).

          Ketika kisaran akhir semester III, saya bersama teman jurusan Pendidikan Bahasa Arab  melancong ke Jogjakarta untuk melaksanakan kegiatan Studi Komparatif bersama sahabat-sahabat Mahasiswa Jurusan PBA di UIN Sunan Kalijaga. Laaah, berhubung kami juga punya niatan untuk ber-refreshing, jadi pasca Studi  Komparative kami langsung menuju ke Parang Tritis dan Borobudur. Ini salah satu photo-photo yang bisa ditangkap oleh camera, dan Selamat Menikmati.;-)





 
Al_Mutahawwil © 2010 | Designed by Trucks, in collaboration with MW3, Broadway Tickets, and Distubed Tour