Masih memori buram.
Seluruh stasiun TV tak henti-hentinya memberitakan demo-demo mahasiswa, menyeluruh, menerjang kesegala penjuru bumi ibukota.
Ah... sungguh mengenaskan, terberontak yang memberontak.
Jujurku tak habis henti dengan masalah itu.
Malah pikiranku menjadi buntu dan tak lagi bisa menyimak secarik kertas-kertas buram berhitam tulisanku yang berada dalam hadapan mataku.
Asap pun tak mampu mengepakkan sayapnya kedalam lubung syaraf-syaraf otak untuk mencairkan ide-ide pekiranku yang mulai menjadi buntu seketika.
Berbaur dengan kebosanan yang memilukan jiwa raga, mengepulkan asap yang malah memberi mimpi buruk yang entah menjadi sebuah tragediku.
Seketika pun aku mulai sadar dalam mimpi panjangku, menjadi manusia yang dibui kesepian yang mencekam.
Pena-pena berjalan tak tentu arah, hingga menjadi sebuah kalimat-kalimat aneh yang aku pun tak mengerti, sejenak aku berpikir. Apa yang aku tulis?
Bergeming, heran diriku mulai tumbuh sedikit demi sedikit hingga menjadi sebuah kesadaran bahwa aku telah menulis sebuah peluru-peluru kecil tapi mematikan, sebuah kebobrokan hati yang hingga menjadikan semuanya menjadi hancur berantakan.
Kini aku telah tahu itu.
Ya... aku tahu itu...
Semoga takkan terulang yang kedua kalinya.
Sebuah pengharapan yang tak terpudarkan oleh waktu dan masa.
Amien,
__________________________________
Moh. Isomuddin
Malang, 08 Oktober 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar